
Sebuah petikan paragraf yang sebenarnya bagus untuk disimak ini saya ambil dari Novel Laskar Pelangi pada halaman 113, pada bab 11 (Langit Ketujuh). Tentu saja masih versi novel awal terbit, bukan versi film.
Agak paragraf ini menyindir sekaligus menggelitik. Berikut petikan paragrafnya:
"Aku pernah mengenal berbagai jenis orang cerdas. Ada orang genius yang jika menerangkan sesuatu lebih bodoh dari orang yang paling bodoh. Semakin keras ia berusaha menjelaskan, semakin bingung kita dibuatnya. Hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yang sangat cerdas. Ada pula yang kurang cerdas, bahkan bodoh sebenarnya, tapi kalau bicara ia terlihat pintar. Ada orang yang memiliki kecerdasan sesaat, kekuatan menghafal yang fotografis, namun tanpa kemampuan analisis. Ada juga yang cerdas tapi berpura-pura bodoh, dan lebih banyak lagi yang bodoh tapi pura-pura cerdas."
Begitulah isinya--semoga ini tidak melanggar hak cipta karena mengutip sebagian, dan saya rasa Andrea Hirata juga tidak akan sejahat itu menuntut saya--kira-kira anda termasuk tipe yang mana? Semoga bukan orang yang berpura-pura.
Kita bahkan kadang mengagumi orang dari omongannya yang terlihat pintar atau tulisan yang membuat kita terkesima. Tapi tingkat kecerdasan siapatau. Tentu saja saya bukan orang yang pandai berbicara dan termasuk orang yang agak cuek mengenai topik berat. Tapi mudah-mudahan saya bukan jenis orang bodoh di mata sahabat saya. Apalagi saya bukan PlanMaker yang baik.
Nah, setujukah anda dengan pendapat Andrea Hitara tersebut?