Setelah Oktober dan November rehat posting, akhirnya Desember ini aku bisa nulis lagi di blog. Malah ini tulisan kedua setelah, promo Maverick
.
![]() |
Bromo |
Kali ini aku mau nulis perjalanan aku Agustus kemarin pas ke Bromo. Sebenarnya pertengahan tahun ini (Juni Juli) aku udah bikin list traveling, antara ke Bromo atau Lombok. Namun setelah dipertimbangkan akhirnya aku memilih Bromo. Dan tahu gak, tanggal 5 Agustus ketika aku di Malang itu, terjadi gempa besar di Lombok. Dan gempanya terasa hingga ke Batu Malang. Saat mendengar kabar gempa itu, aku merasa beruntung, karena batal mengambil Lombok sebagai destinasi traveling. Back to topic ya temans, Aku ke Bromo kemarin menggunakan jasa travel yang membuka open trip. Aku menemukan jasa travel lewat instagram Abimanyu Tour. Aku sendiri mengambil paket midnight. Harganya 350.000/pax. Jadi sebelum Agustus aku udah chat-chat-an dengan adminnya. Dan aku dikirim jadwal perjalanan. Jadwal perjalanan tour Bromo, bisa kamu lihat di gambar. ![]() |
Jadwal Tour Travel |
Sesuai jadwal aku dijemput driver kira-kira pukul 23.00. Aku diberi perlengkapan kupluk dan roti buat sarapan. Dan hari itu aku hanya mengenakan sweter, karena memang benar-benar lupa bawa jaket dari Ambon. Lantaran ini tour open trip, maka driver harus menjemput beberapa orang lain. Tujuan pertama kita menjemput tiga mahasiswa bandung—dua cewek, satu cowok. Dan berikutnya menuju Hotel Haris menjemput Ibu dan anak asal Manodo. Fyi, anak Manado ini bawa tas Gucci loh. Luar biasa ya kan?
Kira-kira jam 03.00 kita sampai ke transit point. Di tempat ini kita rehat sebentar, dan berganti kendaraan dengan jeep—tentu berganti sopir juga. Sumpah di tempat ini dinginnya mulai nusuk kulit. Untungnya ada api unggun. Jadi para pengunjung bisa menghangatkan badan. Di tempat ini suasana kemudian menjadi riuh, lantaran ada bule asal Spanyol yang charming. Dia ramah ke semua orang. Dia ke Indonesia buat liburan, bareng pacarnya yang orang Indonesia. Beberapa kali pacarnya harus jadi penerjemah buat orang-orang yang bertanya. Istirahat beberapa menit, kita akhirnya berganti jeep. Rute yang kita lewati cukup lama, karena malam jujur aku gak bisa lihat jelas medan yang dilewati. Pokoknya intinya kita melewati turunan, tanjakan dan belokan (dan setelah pulang aku baru tahu rute yang kita lewati itu ngeri-ngeri sedap—salah manuver sedikit saja, kita bisa terperosok ke jurang). Kita sampai di lokasi Sunrise View Point Bromo, kira-kira jam 4 pagi. Ya demi melihat matahari terbit. Di sini astaga, dinginnya lebih amit-amit dari sebelumnya. Aku bahkan harus menyewa jaket. Lucunya di sini aku ketiduran, dan kebangun pas semua orang udah teriak sunrise dan pada berdiri jepret. Dan aku baru sadar, hanya aku doang yang masih duduk. Pokoknya kacau pas di sini. Di tempat ini pula kita bisa melihat gunung Semeru yang menjulang. ![]() |
Sunrive View Point Bromo |
Gunung Semeru |
Jam 6 setelah ngambil beberapa foto, kita kembali ke jeep. Rute berikutnya benar-benar ke Bromo. Kita akan menemukan Gunung Batok duluan sebelum ke Bromo. Nah di sini kamu bisa menaiki kuda untuk bisa menghemat waktu menuju puncak Bromo. Aku sendiri pas di puncak Bromo gak terlalu lama, soalnya bau belerangnya menyengat. Di sini juga dijual edelweis hasil budidaya petani dan oleh-oleh t-shirt bromo. Aku sempat beli untuk teman-teman di Ambon.
![]() |
Gunung Batok |
![]() |
Puncak Bromo |
Kemarin pas turun dari puncak ada satu cewek yang kemudian pingsan tiba-tiba, mungkin karena dehidrasi. Dan akibatnya jalan ke puncak jadi macet.
Jeep berikutnya membawa kami ke pasir berbisik. Di Pasir Berbisik teman-teman open trip mulai mencair, saling ngobrol dan saling foto. ![]() |
Pasir Berbisik |
Pasir Berbisik (2) |
Tujuan tour terakhir kita adalah bukit Savana atau Bukit Teletubbies. Di sini ada tempat makan yang disediain, ada juga penyewaan kuda. Dan jujur sampai ke sini, capek mulai nyerang.
Padang Savana Bromo |
Bukit Teletubbies Bromo |
Bukit Teletubbies Bromo (2) |
Kuda Sewaan Bukit Teletubbies |
Di Bukit Savana ini, tampak beberapa cewek (kayaknya sih anak SMA) yang uuh full make up. Ada juga yang sibuk mengenakan kain tradisional kayak kain khas Nusa Tenggara buat foto. Dan lihat mereka mengenakan kain tersebut, sumpah ribet benar! Bahkan hanya untuk mendapatkan satu foto yang diinginakan, harus muter kain ke kiri ke kanan. Ngalangin angin. Harus pindah posisi. Aku yang lihatnya aja pusing, apalagi bayangin gunain kain itu.
Kita balik ke transit point kira-kira jam 12 siang. Bertukar mobil dan dibawa ke salah satu desa dekat Tengger untuk makan siang. Setelah makan siang, kita di-drop ke hotel masing-masing. Aku jadi orang yang paling akhir diantar. ![]() |
Desa Tengger -Negri di Atas Awan |
Dan perjalanan kali ini lumayan bikin puas. Penasaran akan keindahan Bromo terbayar. Mudah-mudahan suatu saat bisa kesampaian ke Semeru, Amin!