Kali ini aku mau nge-post salah satu film Hindi yang
diperankan oleh Hrithik Roshan. Judulnya Mohenjo Daro. Awalnya kepengin nonton
film ini karena cast-nya Hrithik.
Jujur awal nonton aku lumayan exciting
soalnya setting-nya masa lalu—berlatar belakang kerajaan.
Tapi e tapi, setelah setengah jam
menonton lumayan bikin kecewa sih, di luar ekspektasi. Jalan cerita film ini
bermula dari Sarman (Hrithik Roshan) yang hijrah dari desa Amri ke kota Mohenjo
Daro. Sebagai pedagang dia melihat banyak ketidakadilan yang dibuat oleh raja
di kota Mohenjo Daro. Di sini pula dia terlibat cinta dengan seorang gadis
bernama Chaani (Pooja Hedge). Chaani sendiri merupakan anak pendeta yang dijodohkan
dengan Moonja (pangeran Mohenjo Daro).
Untuk ukuran film epik, Mohenjo
Daro bagiku kurang gereget. Kisah kepahlawan yang diangkat kurang terasa.
Harusnya ada action-nya bikin
penonton merasa film ini wajib ditonton. Tapi yang aku salut adalah setting-nya yang memang luar bisa keren.
Untuk rate aku kasih nilai 2,4 dari 5 bintang untuk film ini. Maaf ya,
buat penggemar Hrithik Roshan.
Film: Kapoor
& Sons
Cast: Rishi
Kapoor, Sidharth Malhotra, Fawad Khan, Alia Bhatt
Directed: Shakun
Batra
Nah untuk film Kapoor & Sons
lumayan baguslah menurut aku. Film yang ber-genre
drama komedi ini cukup membuat kita mengerti arti keluarga. Bahkan lebih dari
itu Kapoor & Sons secara tidak langsung mengajarkan penonton untuk
bagaimana menghargai orang-orang yang tinggal seatap. Film ini diperankan oleh
tiga pemeran bollywood muda; Sidharth Malhotra, Fawad Khan, Alia Bhatt.
Kapoor & Sons dimulai ketika
dua kakak beradik Arjun (Sidharth Malhotra) dan Rahul (Fawad Khan) yang harus
kembali ke India lantaran kakek mereka sakit. Ternyata sekembalinya mereka,
Arjun dan Rahul mendapati kenyataan kalau orangtua mereka sudah pisah ranjang.
Masalah semakin pelik ketika muncul Tia Malik (Alia Bhatt), yang menjadi sumber
masalah cinta antara Arjun dan Rahul. Untuk konflik keluarga cerita Kapoor
& Sons lumayan bagus. Konflik-konflik itu dimulai dari Rahul yang mencuri
ide cerita Arjun untuk novel best seller-nya,
pengakuan Rahul menjadi seorang gay
dan perselingkuhan ayahnya dengan musuh istrinya.
Jujur yang aku suka dalam film ini
adalah, bagaimana sang penulis cerita meramu konflik yang segitu banyak namun dalam
visual digambarkan sangat sederhana oleh sang sutradara. Musiknya juga lumayan
enak sepanjang film. Dan satu lagi adegan yang aku suka adalah adegan dimana
kakek mereka (Rishi Kapoor) yang selalu pura-pura meninggal ketika merasa
diabaikan.
Buat kamu yang mungkin ingin
memilih film keluarga, kayaknya Kapoor & Sons bisa menjadi alternatif untuk
kamu. Untuk penilaian aku kasih 2,9 dari 5 bintang untuk film ini.
Posted by Ello Aris on Friday, October 28, 2016. - 1 comment
Hei, sahabat
blogger, kali ini aku mau nge-post
soal cerita aku di wattpad, judulnya Amnesia. Tapi sebelumnya mau cerita dulu
soal awal kenal wattpad.
Sebenarnya
sih aku nggak sengaja kenal wattpad,
pas cuti kerja kemarin awal Oktober. Waktu itu lagi proses penyembuhan sih,
soalnya lagi sakit. Main-main twitter-lah
aku, eh nggak sengaja baca timeline
salah satu penerbit yang nge-post
novel hasil jutaan pembaca di wattpad. Penasaran, akhirnya aku googling. Ternyata e ternyata, wattpad
ini semacam perpustakaan dimana kita bisa membaca banyak judul fiksi dan
nonfiksi, sekaligus bisa nulis buku kita di sini dan dibaca banyak orang.
Aku sih
termasuk orang yang telat mengetahui wattpad.
Padahal aplikasi ini sudah ada kapan taon di playstore! Nah, buat yang ingin tahu tentang wattpad silakan baca via wikipedia ya?
Nah, di wattpad sendiri aku menulis cerita
berjudul “Amnesia”. Yang ingin tahu sinopsisnya boleh dong ya aku post di sini:
Suatu masa, saat melupakan
menjadi takdir yang tak kau sukai
***
Adil tak pernah tahu, bahwa cinta
akan menyapanya secepat itu. Tapi yang dia yakini, bahwa perempuan bernama
Lintang bukanlah belahan jiwanya. Ayesha-lah wanita yang dia tunggu. Sayang,
ketika tragedi kecelakaan menghilangkan ingatannya, Lintang menjadi sosok dewi
yang ingin dia dinikahi.
Tapi apa daya, cinta selalu
menemukan rumahnya untuk pulang. Dan hati selalu tahu, rasa manakah yang harus
dipercaya. Adil menjadi dilema setelah ingatannya kembali. Siapakah yang akan
dia pilih. Ayesha atau Lintang. Demi nama takdir, Adil bersumpah, tak akan
pernah jatuh cinta lagi.
Untuk detail
ceritanya, kamu bisa baca-baca via wattpad,
sekaligus follow akun saya@elloaris
Nah, kali ini aku pengin cerita
dikit tentang film Everything About Her. Awalnya sih gak sengaja browsing-browsing
film yang ingin ditonton. Waktu itu penginnya sih nonton film Thailand. Eh
akhirnya pindah haluan ke film Filipina. Trus nemu film ini, yang katanya masuk
list number #2 high grossing tahun ini. Trus lihat trailernya, eh kepincut.
Film ini sendiri bercerita tentang
kesuksesan seorang wanita yang memimpin sebuah perusahaan. Saat berada di atas,
dia divonis dokter mengidap kanker. Wanita sukses ini diperankan Vilma Santos
(Vivian Rabaya). Dokter akhirnya menyarankan agar dia didampingi suster pribadi
yang siap menjaganya 24 jam. Suster ini diperankan oleh Angel Locsin (Jayca
Domingo)—gadis sederhana yang butuh uang. Film ini sendiri ber-genre drama
komedi.
Untuk komedi filmnya cukup memuaskan,
tapi masih kurang. Yang paling jempol tuh karakter Vivian yang keras harus
bertabrakan dengan karakter Jayca yang tidak mau tahu. Hubungan pasien dan
suster ini benar-benar membuat kamu geregetan.
Segalanya makin rumit, ketika anak
Vivian yang diperankan oleh Xian Lim (Albert), datang sebagai partner bisnis
diperusahaan ibunya sendiri. Vivian yang keras kepala dan merasa paling di atas
harus melawan keegoisan ketika menghadapi Albert. Nah, uniknya Jayca jatuh
cinta kepada Albert secara perlahan, saking sering bertemunya.
Film ini sendiri memberikan kita
satu pelajaran penting, bahwa kesuksesan tak akan pernah bisa membeli
kebahagiaan. Hubungan ibu dan anak pun diceritakan cukup baik dengan
masalah-masalah mereka.
Untuk rate, aku kasih nilai 2,5 dari 5
bintang. Soalnya filmnya sih sendiri tidak begitu membuatku jatuh cinta, meski ending-nya
dikit bikin mewek. Keseluruhan cerita mirip FTV-FTV Indonesia.
Film: Dishoom
Cast: John
Abraham, Varun Dhawan, Jacquline Fernandez
Directed: Rohit
Dhawan
Nah film Dishom ini, baru aku
tonton semalam. Filmya lucu, bikin ngakak. Aslinya sih film ini ber-genre action-adventure
tapi diselipin komedi kayaknya. Dishoom sendiri diperankan oleh John Abraham
yang memerankan tokoh Kabir Shergill—seorang anggota polisi. Misinya yaitu
mencari jejak Viraj Sharma—seorang atlet kriket yang diculik.
Dalam misinya Kabir dibantu oleh
Varun Dhawan yang memerankan tokoh Junaid Ansari, dan seorang gadis pencuri
yang diperankan Jacquline Fernandez (Ishika).
Dishoom sendiri ber-setting di
Dubai—dan gilaaak view-nya asik. Sayang aku masih keganggu dengan peran Varun Dhawan.
Jujur dia gak cocok memerankan lelaki yang agak “bodoh” dengan badan sekekar
itu. Ini mirip dengan perannya di film Dilwale. Tapi yang bikin senang tuh adanya
Jacquline yang berpartisipasi dalam film ini, meski porsinya sedikit tapi aku
cukup puas. Jacquline sendiri mencuri perhatian aku saat dia main film Kick
bareng Salman Khan, dan makin ke sini, makin banyak film yang dia perankan.
Dishoom sendiri beralur campuran,
maju + mundur. Jadi kamu harus memperhatikan detailnya. Dan kurasa film ini
lebih bagus dari film Fan milik Shahrukh Khan yang rilis April lalu. Untuk rate aku
beri 2,9 dari 5 bintang.
Hei, ketemu lagi..., kita!
Sebenarnya aku nggak tahu mau bikin apa, jadinya aku memilih nge-blog. Aku
memang lagi cuti dari kantor 10 hari, dikarenakan kesehatanku memang memburuk
sebulan lebih terakhir ini. Bayangin, selama sebulan lebih aku sakitnya 3 kali,
dengan sakit yang sama, dan jedah sembuhnya hanya seminggu. Ya, demi masa
penyembuhan, aku memutuskan rehat dari aktifitas kantor, meski sejujurnya
ketika mengetik tulisan ini, kesehatan aku belum pulih 100%.
Nah, selama sakit, aku menonton 3
film berbeda. Dimulai dari Neerja. Neerja adalah film Hindi yang diangkat dari
kisah nyata penyelamatan yang dilakukan oleh Neerja Bhanot, seorang pramugari
cantik pesawat Pan Nam Airways Flight 73
dalam penerbangan dari Mumbai ke Franfkrut, Jerman, yang dibajak sejumlah
teroris ketika sampai di Karachi, Pakistan. Filmnya menurutku beda dengan Hindi-Hindi
lain, bikin kamu merinding, bikin emosi, dan pastinya alurnya bikin kamu
tegang. Apalagi pas adegan dimana beberapa pramugari harus menyembunyikan
paspor Amerika. Kesadisan para teroris kadang membuat kamu jadi kesal sendiri,
tapi apa daya, kamu adalah penonton yang hanya bisa menyaksikan tanpa bisa
berbuat apa-apa. Tapi entah kenapa saat menonton Neerja, aku mendadak merasa
menjadi salah satu penumpang Pan Nam Airways, dengan segala ketakutan mereka.
Untuk penilaian kurasa 4,5 bintang adalah rate
yang pas untuk keseluruhan film ini. Film ini dibintangi oleh: Sonam Kapoor,
Shabana Azmi dan Shekhar Ravjiani.
Sementara untuk film kedua yang aku
tonton adalah, Train to Busan. Film Korea, ini, bergenre zombie action thriller. Cerita awalnya cukup sederhana—tentang
seorang ayah yang mengantar anaknya menuju Busan demi bertemu ibu kandungnya.
Sayang saat perjalanan, sebuah wabah terjadi. Wabah itu merubah manusia yang
terinfeksi menjadi zombie yang menyeramkan. Dalam perjalanan inilah, sang Ayah
benar-benar menjadi pahlawan, dia melakukan segala hal demi melindungi anaknya
dari zombie yang mengancam. Tegang, iyah. Sedih, lumayan, sebab kamu mungkin
sudah menonton banyak film tentang seorang ayah yang berjuang demi anaknya.
Namun Train to Busan menghadirkan kisah lain tentang ayah dan pengorbanannya,
dengan cara yang tak biasa. Film ini diperankan oleh aktor papan atas Korea Gong
Yoo, Ma Dong-seok dan Jung Yu-mi. Untuk rate
aku kasih 3,2 bintang untuk film ini.
Dan yang terakhir, film yang
kutonton adalah Sultan. Film ini bercerita tentang pasangan atlet gulat yang
sama-sama berjuang demi prestasi. Sayangnya Sultan—sang tokoh utama,
mengorbankan keluarganya demi prestasi dan pujian orang-orang. Bagian paling kusuka
dalam film ini, adalah kegigihan Sultan demi membangun Bank Darah, sampai
akhirnya ia mempertaruhkan nyawa demi mewujudkannya. Bagiku jujur, film ini
tidak terlalu istimewa, tapi anehnya film ini menjadi salah satu film dengan highest-grossing all the time di India,
bersanding dengan film PK, Dilwale, Baahubali, Chennai Express dan 3 Idiots. Film
ini dibintangi Salman Khan dan Anushka Sharma. Untuk rate, aku kasih 2,7 dari 5 bintang. Maaf ya buat penggemar Salman
Khan.
Yang pasti, dari film-film ini, ada
satu benang merah yang sama, yaitu kepahlawanan dan perjuangan. Neerja menjadi
pahlawan dan berjuang untuk penumpang Pan Nam. Sementara tokoh sang Ayah dalam
Train to Busan menjadi pahlawan dan berjuang untuk anak dan penumpang kereta.
Sementara Sultan menjadi pahlawan, sekaligus pejuang untuk istri dan anak
mereka yang telah tiada. Tapi, dari kegitanya, aku recommend film Neerja untuk kamu tonton.
***
Nah film yang sudah masuk waiting list dan pengin aku tonton
selanjutnya adalah Everything About Her dan Barcelona: a Love Untold. 2 film
dari Filipina yang katanya sedang happening
di sana. Dan semoga dua film ini bukanlah film yang kutonton saat aku sakit ke
4 dan sakit yang ke 5. Doain aku biar cepat sembuh yaaaa!
Kehidupan
adalah pohon yang kau tanam, air dan unsur hara (bisa jadi) amal dan perbuatan.
Tinggal memilih, kau ingin berbuah dan bersemi di musim mana? Semoga di lebaran
ini, syawal adalah waktu yang baik untuk memanen hasilnya.
Hai teman-teman
penulis, yang sudah menerbitkan buku atau novel—yang mayor maupun indi, aku
mengadakan jasa review buku,
dengan tajuk “Book Reviewer”. Kebetulan memang aku senang me-review buku-buku penulis tanah air dalam
#BilikBukaBuku yang sering aku posting ke dalam blog ini.
Buat teman-teman
yang pengin, silakan kirim bukumu yang sudah terbit ke:
Jln. Tarmidzi Taher – Lrg. Aspun,
Kebun Cengkeh, Batu merah Atas
Ambon, 97128
Tlp. 081267605238
Atas nama: Ello Aris
Ingin
tanya-tanya lebih lanjut, langsung aja ke twitter aku ya di @elloaris. Hasil review-nya juga nanti aku posting di
twitter, facebook dan juga instagram. Ditunggu ya, teman-teman!
Yeay, kali ini mau nge-post
lagi salah satu film Hindi. Dan filmnya ini baru aku nonton sekitar 3 hari
lalu. Judulnya Tamasha. Film ini direkomendasikan oleh Yathy, teman siaran aku.
Dari trailer-nya di youtube,
kelihatan menarik, tapi benarkah demikian? Let’s
kita review saja.
Tamasha sendiri diperankan dua mega bintang Bollywood, Ranbir Kapoor
dan Deepika Padukone. Di sini Ranbir Kapoor berperan sebagai Ved Vardhan Sahni,
sementara Deepika Padukone berperan sebagai Tara Maheswari. Cerita ini, dimulai
dari Ved kecil (yang diperankan Yas Sehgal) yang suka sekali dengan dongeng.
Saking tergila-gilanya, Ved bahkan senantiasa membayar seorang bapak tua untuk
mendongeng apa saja, agar dia bisa puas. Dari sinilah terbentuk kepribadian
Ranbir yang benar-benar di luar pikiran anak-anak biasa. Penuh imajinatif, gaya
bicara yang blakblakkan, serta bertingkah seperti pemain opera.
Sekian tahun kemudian, ketika dewasa, saat liburan ke Corsica
(Prancis), Ved tak sengaja bertemu Tara. Saat itu Tara harus menelepon ke India
karena paspor dan visanya hilang. Ved memberikan bantuan kepada Tara. Uniknya
mereka berkenalan dengan nama lain. Ved mengaku namanya Don, dan Tara mengaku
nama Mona Darling. Dari perkenalan itu, mereka merasa klop, apalagi Ved benar-benar
pria yang penuh imajinatif, spontan, tahu banyak hal tentang dongeng, cerita,
dan hikayat. Sifatnya yang seperti pemain opera membuat Tara jatuh hati.
Sayang, setelah menghabiskan waktu bersama, keduanya harus berpisah.
Tara harus kembali ke Kalkota. Setelah beberapa tahun, Tara pindah ke Delhi. Di
Delhi dia bertemu dengan Ved. Tapi kenyataan buruk menimpa Tara. Ved yang
selama ini dikenal Tara di Corsica, berbeda dengan Ved yang ada di Delhi. Ved
yang sekarang adalah pria kantoran biasa, kesehariannya datar, tidak punya rasa
humor dan benar-benar garing. Tidak seperti apa yang ditemui di Corsica. Hal
inilah yang membuat Tara menolak ajakan menikah dari Ved dan membuat Ved harus
kembali ke Shimla. Di kampung halamannya, Ved membuat perhitungan dengan
ayahnya. Ved merasa aturan ayahnyalah yang menjadi penyebab, dia harus mengubur
sifat aslinya yang spontan, imajinatif, blakblakan.
Eksekusi ending-nya, memang
tak mengecewakan tapi kurang gereget, meski pada akhirnya cita-cita Ved
terwujud. Terlepas dari itu, sebenarnya, menurut aku filmnya sih oke, dan ide
cerita di luar film drama romantis sejenis. Tapi agaknya Imtiaz Ali, sedikit
membuat film ini agak monoton dan sunyi yang ‘tidak enak’. Aku pakai tanpa
petik, karena ada beberapa film dengan scene-scene
sunyi yang enak dijadikan jalan cerita. Aku suka bagian-bagian ketika di
Corsica, acting Ranbir dan Deepika
benar-benar hidup, liar, gila dan berkembang. Sayangnya ketika berpindah ke scene-scene di India karakter mereka
benar-benar berubah, terutama Ranbir. Tapi memang begitulah cerita yang
diskenariokan.
Untuk setting, aku suka di
Corsica dan Shimla—sebab yang pernah aku bilang, untuk film aku kurang suka setting perkotaan, bosan! Jadi dalam fim
ini, Corsica dan Shimla akan memanjakan matamu dengan pemandangan laut, gunung,
dan rumah-rumah khas daerah setempat. Sementara musiknya cukup enak. Aku suka
lagu Mohit Chauhan, judulnya Matargashti. Scene-nya
Ranbir dan Deepika di Corsica. Keren—berasa terbawa ke dalam film Barfi.
Secara keseluruhan aku beri nilai 2,7 dari 5 Bintang untuk film ini.
Karena jujur, aku agak kecewa dengan ceritanya yang datar, meski ide Imtiaz Ali
menghadirkan karakter Ved yang spontan dan imajinatif memang luar biasa, tapi
selebihnya kurang gereget, padahal acting
Ranbir maupun Deepika juara sangat! Nah ini ada lirik keren dari soundtrack Tamasha—yang kurasa mewakili karakter Ved yang
menjadi sentral cerita:
Cast: Salman Khan, Kareena Kapoor, Harshaali Malhotra, Nawazuddin
Siddiqui
Directed: Kabir Khan
Akhirnya, aku bisa kembali me-review
film hindi, setelah bulan lalu me-review
Dilwale. Jujur aja nih, aku adalah salah satu penggemar film Bollywood. Sudah
hampir tiga tahun maniak film Hindi—sejak keracunan Chennai Express (walau dari
zaman SD sudah suka sama jenis film ini, wkwkwkw).
Nah kali ini, aku coba review
salah satu film Bollywood yang rilis tahun lalu, tepatnya 17 Juli 2015. Ya, aku
baru sempat nontonnya Januari lalu, setelah direkomendasikan dari si film makerRifky Husain. Film ini
berjudul Bajrangi Bhaijaan. Dan sumpah, film ini menjadi film 2015 yang
menguras empati sekaligus bikin sedih saking tersentuhnya. Tidak kehitung
berapa kali aku meneteskan air mata sepanjang menonton film ini.
Cerita Bajrangi Bhaijaan sendiri dimulai dari hilangnya Shahida atau
Munni yang diperankan Harshaali Malhotra, di perbatasan India – Pakistan.
Shahida (Munni) sendiri dibawa ibunya dari Pakistan ke Delhi-India untuk berobat
karena Shahida bisu. Sayang, saat ingin kembali ke Pakistan, Shahida terpisah
dengan ibunya di perbatasan. Tinggalah Shahida terlantar sendirian di India.
Pawan Kumar yang diperankan Salman Khan tak sengaja bertemu dengan Shahida
setelah melakukan sebuah perayaan dalam agama Hindu. Pawan lantas
memberikannya, makan dan minum karena kasihan.
Jalan cerita mulai berubah ketika Shahida diam-diam mengikuti Pawan
kemanapun dia pergi. Alhasil, dengan terpaksa Pawan membawa Shahida ke rumah
tunangannya. Pawan sendiri memang tinggal di rumah calon istrinya Rasika yang
diperankan Kareena Kapoor. Masalah muncul ketika Shahida yang ternyata seorang
muslim, sangat bertentangan dengan ayah Rasika yang seorang penganut Hindu.
Karena tak ada kompromi dari ayah Rasika dan juga karena rasa humanis, Pawan
yang taat pada agamanya, bertekad mengantar pulang Shahida (Munni) ke Pakistan.
Dalam perjalanan inilah Salman Khan melewati terjangan rintang yang berliku.
Kamu yang menonton di bagian ini, mungkin akan gereget, antuasias sekaligus
bercucuran air mata.
Jujur film ber-genre Indian
comedy-drama ini, adalah salah satu film India terbaik yang pernah aku tonton.
Kabir Khan memang sengaja mengangkat cerita yang berlatar belakang kedua negara
yang sempat berkonflik ke dalam sebuah cerita yang manis. Antara India dan
Pakistan, Hindu dan Islam. Apalagi film ini dirilis pada tanggal 17 Juli
bertepatan dengan Idul Fitri 2015. Sebuah toleransi yang baik ketika Kabir Khan
ingin menghadirkan sebuah cerita indah dalam merayakan Idul Fitri di
tengah-tengah mayoritas Hindu di India. Ada banyak adegan yang aku suka dalam
film ini, terutama ketika Pawan sudah berhasil membawa Shahida ke perbatasan melewati
Pakistan, juga pada bagian-bagian mendekati ending
cerita yang melibatkan emosi dan antusias. Sementara untuk ending-nya meski sederhana, tapi luar biasa, K. V. Vijayendra
Prasad sebagai penulis cerita dan Kabir Khan, sudah memikirkan setting dan situasi yang mewakili
Pakistan dan India. Satu hal yang bisa kita ambil dari Bajrangi Bhaijaan adalah
sisi humanisnya, apalagi kalau kita lihat, di zaman sekarang ini, kepedulian
semakin surut dari sifat manusia modern. Sementara Bajrangi Bhaijaan benar-benar
membawa kita merenung, betapa berharganya mengulurkan tangan kepada orang lain.
Untuk acting, Salman begitu
apik bermain sebagai Pawan. Namun bagiku sifatnya yang tidak bisa berbohong,
terlihat kurang realistis. Sementara Kareena Kapoor agaknya memang diberi porsi
yang sedikit, terlihat sekali dari scene-scene-nya.
Tak heran jika nanti kamu beranggapan kalau Kareena kurang meng-explore kemampuannya. Tapi…, semua terbayar
dengan ceritanya yang luar biasa. Karakter yang paling aku suka, ya tentu
karakter Harshaali Malhotra. Menjadi bocah bisu, dia seperti memberikan energi
untuk orang-orang di sekitarnya.
Untuk urusan setting, aku
suka setting di Pakistan—terutama
ketika Salman Khan harus bersembunyi dari kejaran polisi Pakistan. View desa-nya cantik. Ini mengingatkan
aku dengan setting Chennai Express,
atau mungkin karena akhir-akhir ini aku memang lagi senang nonton film yang setting-nya pedesaan, (tempat terpencil)
atau pegunungan—sebenarnya sih efek jenuh dengan kota. Sedangkan untuk musik,
rata-ratalah, sebab Bajrangi Bhaijaan sendiri bukanlah film romantis yang
mengharuskan full musik seperti
film-film Bollywood kebanyakan.
Secara pribadi, aku sangat suka dengan film ini. Pokoknya buat kamu
yang belum nonton, film ini aku rekomendasikan sebagai film yang patut kamu
nonton. 100% recommended. Sekadar
tips juga, selalu siapkan tisu jika kamu menonton film ini. Untuk itu, aku beri
nilai 4,5 dari 5 Bintang untuk film ini. Mendekati sempurna kan? Mungkin inilah
penggalan lirik dalam salah satu lagu film ini, yang barangkali bisa mewakili
kisah Pawan dan Shahida:
Sejak kita bertemu,
tujuanku jadi mudah. Karena aku jantungnya dan kau detaknya
***
Nah ada satu
lagi film Salman Khan yang baru aku tonton semalam, aku ringkas ya.
Judul: Prem
Ratan Dhan Payo
Cast: Salman
Khan, Sonam Kapoor, Neil Nitin Mukesh
Directed:
Sooraj R. Barjatya
Jujur bagiku, film Prem Ratan Dhan Payo, kurang gereget, meski film
ini aku perkirakan menghabiskan banyak uang dalam pembuatannya. Sebab gilaaak,
banyak set yang mewah dan melibatkan banyak penari dalam penggarapan adegan
lagunya. Prem Ratan Dhan Payo sendiri bercerita tentang keluarga kerajaan di
zaman modern, yang saling memperebutkan tahta dan harta. Jujur, ceritanya
ala-ala dongeng—dimana ada seorang pria biasa, yang wajahnya mirip dengan
pangeran—dan ide cerita seperti ini sudah bisa ditebak plotnya. Tapi di India
sendiri, Prem Ratan Dhan Payo termasuk 10 film populis 2015 di India. Di sini, Salman
berperan ganda sebagai Prem Dilwale dan juga berperan sebagai Yuraj Vijay Singh
(Pangeran Pritampur). Sementara acting
Sonam Kapoor, menurutku agak jelek—mungkin perannya sebagai putri Maithili
membuatnya kaku. Bicaranya harus ditahan, gaya jalannya diatur, dan penuh
perhitungan. Aku sih, lebih suka peran Sonam Kapoor dalam film Khoobsurat yang
juga bertema kerajaan.
Tapi buat kamu yang ingin kembali mengenang masa-masa film India yang
menghadirkan full tarian dan musik,
mungkin film ini akan mengobati rasa kerinduan kamu akan film Bollywood zaman 90an hingga 2000an
awal. Setting-nya kece badai sih ya,
dan itu tadi kayaknya film ini memakan budget
yang amat luar biasa banyak. Soalnya set-set kerajaannya wuidiiih indah bener!
Untuk film Prem Ratan Dhan Payo, aku kasi 2,7 dari 5 Bintang.